Senin, 12 Juni 2017

Mind Set Tumompaso.


Thomas Hobbes, Richard Dawkins bicara ‘Kita Dulu Baru Ngana’
Refleksi Tompasso KINI

Ada yang berbeda terjadi pada hari Minggu kemarin, tepatnya dirumah saudara Lody Jenny Momongan didesa Kamanga. Ketika beberapa orang saja yang cuma kebetulan lewat sambil tegur sapa awalnya berubah menjadi perjumpaan serius yang tidak hanya saling meretweet memori masa lalu namun berkembang pada arah pembicaraan yang lebih kompleks sampai topic social masyarakat Tompasso keseluruhan. Seriusnya pembicaraan patut diapresiasi, dari awal tiga orang berkembang menjadi belasan orang. Waktu pembicaraan diawali sejak petang hari, berakhir pada jam 01.00 dini hari senin. Begitu beragamnya pendapat dan saran menunjukan cemerlangnya potensi sumber daya insane Tompasso dalam mengulas dan menyikapi kondisi yang terjadi baik dari tingkat nasional apalagi di desa. Kehadiran insane Tompasso dari desa Tember, Kamanga, Kamanga Dua, Tonsewer, Talikuran, Sendangan hingga Tempok memberi sisi lain pertemuan itu. Latar belakang keilmuan mewarnai solusi pemecahan masalah. Apalagi kehadiran aktivis mahasiswa dan Ormas serta Lsm memberi input dan output sempurna akan perjumpaan ini. Model pembelajaran disini memang agak unik dan langka ditemui ditempat lain, berkumpulnya tokoh social yang terjadi saat itu agak mengejutkan tatkala lewat bisikan teman saya yang mengatakan “orang orang Tompasso memang jago-jago”. Jago disini dalam konteks pintar atau Ngaas’an, sehingga decak kagum kawan saya dari Manado tersebut selalu dia tandakan dengan mengangkat jempol dan diarahkan secara sembunyi-sembunyi sambil manggut-mangut kearah saya, ckckckck ca gampang.

Selang tiga jam pembicaraan belum seorangpun beranjak ditempatnya masing-masing hingga suatu pernyataan mengejutkan disampaikan oleh sang mantan Hukum Tua Tember bapak Maxi Sondakh yaitu ‘Kita Dulu Baru Ngana’. Empat kata ini memang sederhana dan kerap kita dengar tapi menjadi menarik dikala pernyataannya menjadi symbol diri pribadi bahkan justifikasi Tompasso secara keseluruhan. Pengakuan tendensius bahkan mengarah provokatif dilontarkan namun penilaian dan kejujuran hati patut dibanggakan, mungkinkah gambaran Tompasso sudah seperti ini sekarang…? Mungkin bagi penyandang status social di masyarakat hingga mereka yang berada di zona nyaman “atas nama masyarakat demi kepentingan saya” akan biasa-biasa saja bahkan tidak peduli. Layaknya harmoni lagu menjadikan perbincangan ini menjadi lebih hidup dan penuh semangat lewat alunan nada yang tinggi dan rendah.

‘Kita Dulu Baru Ngana’ identik dengan “EGOISME” Inilah yang menjadi topic bahasan saya…
Thomas Hobbes, seorang filsuf asal Inggris beranggap jika manusia adalah makhluk yang begitu kejam. Sehingga bagi Hobbes sendiri, setiap manusia pada dasarnya egois. Manusia mampu bertindak kejam pada orang lain untuk memenuhi kehendaknya. Sedangkan Richard Dawkins, ahli zoology Oxford memberi metafora “egois” kepada gen. Metafora tersebut mungkin memiliki irisan terhadap apa yang ada dalam pandangan Hobbes. Dawkins menyatakan itu di sekitar tahun 1976 dalam karyanya yang berjudul, The Selfish Gene. Apa yang telah diungkapkan oleh Dawkins kadang dipahami secara keliru, bahwa kita dipenuhi dengan sel egois. Dan kita sepenuhnya dikendalikan oleh gen itu sehingga menggoyahkan moralitas dan kehendak bebas kita. Pemahaman tersebut tentunya keliru. Dawkins pun menyadari telah gagal untuk memberikan penjelasan kepada khalayak umum waktu itu. Dawkins pun meluruskan metaforanya itu bahwa, manusia modern mampu mengendalikan gen egois karena memiliki akal budi.

Kemampuan manusia untuk mengendalikan dirinya adalah sesuatu hal penting dalam bidang ilmu psikologi. Ketidakmampuan kita dalam mengendalikan diri itu, mungkin menjadi salah satu alasan mengapa Hobbes berpadangan bahwa manusia itu kejam. Masih banyak di sekitar kita yang tidak menggunakan akal budi dengan baik. Hingga akhirnya, mereka dikendalikan oleh sesuatu di luar dari dirinya. Peristiwa “Perjuangan Kecil” yang dialami pribadi saya bersama Sembilan orang yang lain pada tahun 2010 Silam di Tompaso Dua menjadi bukti dari kejamnya manusia. Lewat kami saluran aspirasi masyarakat petani menuntut ganti rugi matinya Sembilan sumber mata air di Tompasso yang mengaliri tanah persawahan rakyat yang dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong. Kelompok kami bahkan diserang dua ratusan orang yang dikomando oleh mantan Camat Tompasso saat itu Bpk Moudy Pangerapan hingga korban luka berjatuhan. Sayangnya pelaku dan korban adalah sesama saudara kita Tumompaso.

Hari ini, dengan mudahnya kita dapatkan manusia yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan kepentingannya sendiri. Bahkan hanya atas nama Pimpinan Ormas di kecamatan, Pimpinan Partai di Kecamatan, hingga atas nama rakyat jabatan sebagai Hukum Tua digadaikan demi kepentingan diri, hingga penetrasi pengkhiatan demi memuaskan orgasme seks ontak duit pribadinya. Masa seperti ini begitu mencemaskan dan menakutkan. Nantinya Nyawa mungkin tak lagi diperhitungkan. Kepentingan di atas segalanya. Manusia hari ini mungkin saja akan membuktikan anggapan orang yang keliru pada istilah gen egois. Namun yang tak kalah lebih kejamnya adalah aparat hukum yang menjadi benteng atas nama kapitalis serta pemerintah yang selalu saja tak mampu bersikap tegas bahkan cenderung menjadi dirigen ketimpangan masyarakatnya. Di bangsa kita ini, ada hal yang mampu mengendalikan keadilan di luar dari keadilan itu sendiri, uang misalnya. Istilah UUD yang seringkali diplesetkan menjadi “Ujung - Ujungnya Duit” membuktikan mental dan pola pikir sebagian besar bangsa ini. Apalagi yang mesti diharapkan jika hampir seluruh sektor telah diserang dengan kondisi seperti ini? Mirisnya lagi, materi menjadi sesuatu yang menggerakkan manusia.

Kemampuan dan kesempatan kita dalam melatih ketulusan pun hilang dengan sendirinya. Ini tentu saja akan menjadi penyakit mental yang layak mendapat perhatian. Bagaimana lingkungan telah membentuk sebagian orang berorientasi pada materi dan selalu diajarkan untuk menjadi lebih egois. Kepentingan di atas segala kepentingan akan selalu digunakan dan diaplikasikan. Jika kembali pada Dawkins, kita patut mencatat dan mempelajari temuannya. Bertahun - tahun, Dawkins mencoba meluruskan makna gen egois yang sebenarnya. Ia selalu beranggapan jika manusia selalu memiliki kekuatan untuk menjadi lebih baik dengan kendali yang ditemukan dari dalam diri sendiri. Hal menarik lainnya dari buku The Selfish Gene ada pada bagian bab terakhir. Pada bab terakhir, Dawkins membandingkan budaya dan genetika. Selain gen yang dapat diwariskan, budaya kita pun dapat diwariskan. Tentu saja membuktikan apa yang dikatakan Dawkins dapat kita mulai dengan melihat kondisi Tompasso hari ini. Jika dulu kita kerap menemukan budaya nepotisme, kemungkinan budaya itu menular dan dilestarikan. Terlebih jika sebagian dari kita merasa nyaman dan tak merasa bersalah atas keadilan. Hanya saja, kita tetap wajib memiliki harapan pada manusia - manusia yang berhasil lolos dari perangkap waktu dan lingkungan.

Meskipun tak jarang kondisi memaksa kita menjadi pesimis, namun pada suatu waktu kita akan membuktikan apa yang dikatakan Dawkins pada kalimat terakhir bukunya, “Kitalah satu - satunya di bumi yang bisa memberontak terhadap tirani replikator egois.”
#Saruntawaya..
Amurang 15/05/2016
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Tompaso Kita

Jurry Franky Langi
Yaku Ca U Si Tou Sapa-Sapa. Sapake Si Tou Niatean, Masale Touen Se Kayobaan Tumompaso Ni Myatem. Sapakem Ase Patik O Nuwu Anio Kumesot Ase Ate Wo Nontak Tou Rondor Pinatuusan Eng Kanaramen Minahasa An Tumompaso. Makakeli Mey Wo Mongken Wo Moray Kasadaran Nei Eng Kanaramenta Makakelim Pinasui Ila Wo Pakatambak-Tambak Ila. Taney Wo Rumondor Eng Sisilen Situm Eng Patik Ambiay. Muntungke Sa Awean Kinatoroan a Camo Pakasa.. 

Pee'Bo

Flag Counter

Pa'Dior

Popular Posts

Labels

Postingan Baru

Nuwu I Tua, Wo Ngeluan

  • Sa Cita Esa Sumerad, Sa Cita Sumerad Esa Cita.
  • Akad Se Tou Tumow Tou.
  • Pakamatuan Wo Pakalowiden.

Untuk Anda Saya Peduli

Butuh Bantuan Untuk Mengetahui Dan Belajar Tentang Kebudayaan Tompaso? Hubungi Saya dengan rincian tentang pertanyaan atau masukan untuk perkaya Kebudayaan Tumompaso.