Senin, 12 Juni 2017

Watu Tuur Kamanga Dan Rumeindeng


Oleh : Jurry F Langi.
Tengah Minahasa yang sering disebut “Pused In Tana Minaesa” yang kini tak lain secara administrative pemerintahan berada di Kecamatan Tompaso dan Tompaso Barat merupakan wilayah yang menyimpan sejarah sangat luar biasa bagi Negeri Minahasa. Telah banyak yang diungkap namun masih terlalu banyak yang tersembunyi bahkan sengaja disembunyikan setelah tergerus dengan agama syiar selama ini di Tanah Minahasa atau kurang pekanya Instansi Pemerintah terkait seperti Balai Arkeologi Manado, dinas Dikbud, atau pegiat-pegiat budaya kesohor di bumi Toar-Lumimuut.
Tompaso Raya merupakan wilayah yang nyaris tidak tersentuh historiografi,khususnya sejarah masa klasik atau kuno yang kentara paling hanya sebatas Watu Pinawetengan dan Watu Tumotowa Saja. Historistas Tompaso selama ini hanya berkutat pada fregmen materi-materi dan berupa mozaik yang perlu ditata dan direkonstruksi kembali. Patut diakui bahwa historiografi Tompaso merupakan bagian yang sangat signifikan dari penguatan kearifan dan kecerdasan lokal. Selain itu juga merupakan pengenalan budaya serta sejarah Tompaso yang selama ini tidak pernah tampil dalam pentas buku-buku tentang Minahasa, jikapun ada hanya sebatas catatan kaki saja.

Penemuan Watu Tuur Kamanga.
Penemuan batu ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan karena letaknya masih di pinggiran desa yang dijadikan lokasi perkebunan warga sekitar. Dahulunya batu ini terletak diatas punggung bukit kecil dibagian barat batu ini namun akibat abrasi dan sering digunakannya lahan sekitar untuk pertanian hingga Watu Tuur Kamanga meluncur ke bagian timur.
Watu Tuur Kamanga memang sudah banyak kali diceritakan warga seputaran Tompaso Raya namun letak tepatnya batu tersebut tinggal sedikit yang tahu. Watu ini berumur atau seusia dengan Watu Pinawetengan dan Watu Tumotowa seperti yang diungkap pemerhati budaya Bpk John Mamesah. Sepenggal kisah dituturkan para tetua Tompaso Raya bahwa Watu Tuur Kamanga adalah “Watu Lempar” atau altar agung tempat pemberian persembahan pada “Amang Kasuruan Wangko” karena dari sinilah segala persembahan disampaikan dimana di tempat ini pulalah segala berkat di curahkan. Karena sesuai dengan pengertian nama Watu Tuur Kamanga yaitu ‘Batu pokok atau utama untuk Berkat dariNya’.

Penemuan Watu Rumeindeng.
Penemuan batu Ini sebenarnya yang paling mengejutkan, dibilang mengejutkan karena letak batu ini ditemukan di tengah hutan lebat didaerah Tompaso yang masih kadang dijamah manusia sebelumnya bahkan mungkin setelah kami temukan secara tidak sengaja. Disamping letaknya sangat sulit dimana harus dua kali melewati sungai serta tanjakan dengan kemiringan 65 derajat dan diharuskan membuat jalan baru yang sebelumnya tidak ada. Ditengah hari dengan kondisi lapar dan lelah suatu kejutan terbayar lunas setelah ditemukannya Watu Rumeindeng ini.
Watu Rumeindeng dikenal sebagai altar suci saman dahulu dimana watu ini di gunakan para Walian Mangorai memohon berkat pada Amang Kasuruan Wangko, meminta petunjuk pada para Roh leluhur bahkan digunakan sebagai altar pengesahan sumpah para Taranak Minahasa tempo dulu.
Watu ini juga digunakan oleh Tumitiwa atau ada yang menyebutnya sebagai Kamang Kala bahkan watu ini juga memiliki nama lain sebagai Watu Tumitiwa dimana watu ini dijadikan lokasi “Pengadilan” untuk pengambilan keputusan terakhir bagi setiap orang yang melanggar adat tradisi dan budaya Minahasa dahulu.

Tataar :
1.      Kepada Instansi pemerintah terkait yaitu  Balai Arkeologi Manado:
Sesuai dengan Tugas dan Fungsi (SK baru No. 56/2012)
Balai Arkeologi mempunyai tugas penelitian benda arkeologi di wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Arkeologi menyelenggarakan fungsi fungsi:
a. pencarian benda-benda arkeologi;
b. pelaksanaan analisis dan interpretasi benda-benda arkeologi;
c. perawatan dan pengawetan benda arkeologi hasil penelitian;
d. publikasi dan dokumentasi hasil penelitian benda-benda arkeologi; dan
e. pelaksanaan urusan ketatausahaan Balai.

Penemuan-Penemuan diatas seharusnya menjadi salah satu koleksi Cagar Budaya yang seharusnya dilestarikan. Saat ini Cagar Budaya di Minahasa yang sudah dipugar juga belum menunjukkan jumlah yang signifikan dibandingkan dengan Cagar Budaya yang mengalami kerusakan. Mengingat sebagian besar Cagar Budaya di Indonesia terletak di open air (udara terbuka) yang langsung  bersentuhan dengan faktor air, cuaca (suhu, kelembapan, angin), maka bahan dasar yang digunakan untuk Cagar Budaya tersebut akan cepat mengalami proses kerusakan dan pelapukan. Masalah lain adalah masih banyaknya Cagar Budaya (termasuk di dalamnya Cagar Budaya bawah air) yang terancam hilang dan rusak, karena belum dilindungi secara hukum.

Menyikapi hal ini dikhawatirkan Cagar Budaya yang sudah mengalami kerusakan jika tidak segera diperbaiki/dipugar, maka lambat laun kerusakannya akan semakin bertambah parah. Sementara Cagar Budaya/situs yang dipelihara masih sangat terbatas terutama untuk Cagar Budaya dan situs-situs yang terletak di wilayah Tompaso sebagai miniatur.  Ini sudah barang tentu harus menjadi perhatian dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Upaya pemeliharaan rutin terhadap Cagar Budaya dimaksudkan untuk menjaga agar kondisi keterawatannya tetap terjamin.

2.      Tim yang ikut dalam pencarian dan semua orang  yang mengetahui benda ini:
Untuk sementara dilarang untuk mempubliasikan secara luas lokasi tepat adanya Cagar Budaya ini untuk menghindari terjadinya pengrusakan dari orang-orang yang tak bertanggung jawab, sebelum di tangani pihak terkait terutama instansi pemerintah.
Semoga Bermaanfaat,Pakamatuan Wo Pakalowiden cit aim baya.
Terima Kasih Disampaikan Kepada: John Mamesah, Steven Tumundo dan Randy Terok atas kerja samanya.
Share:

1 komentar:

  1. Gali terus kebudayaan dan peninggalan nya di tana para leluhur minahasa dan jadikan itu sebagai pusat kebudayaan minahasa agar dapat di jadikan destinasi wisata untuk menambah PAD yang tentu akan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat .Dan tetap menjaga lingkungan supaya tetap prinsip ecowisata. Dan awasi penyalahgunaan kekuasaan pemerintah setempat. Bravo Tompasso.

    BalasHapus

Blogroll

Tompaso Kita

Jurry Franky Langi
Yaku Ca U Si Tou Sapa-Sapa. Sapake Si Tou Niatean, Masale Touen Se Kayobaan Tumompaso Ni Myatem. Sapakem Ase Patik O Nuwu Anio Kumesot Ase Ate Wo Nontak Tou Rondor Pinatuusan Eng Kanaramen Minahasa An Tumompaso. Makakeli Mey Wo Mongken Wo Moray Kasadaran Nei Eng Kanaramenta Makakelim Pinasui Ila Wo Pakatambak-Tambak Ila. Taney Wo Rumondor Eng Sisilen Situm Eng Patik Ambiay. Muntungke Sa Awean Kinatoroan a Camo Pakasa.. 

Pee'Bo

Flag Counter

Pa'Dior

Popular Posts

Labels

Postingan Baru

Nuwu I Tua, Wo Ngeluan

  • Sa Cita Esa Sumerad, Sa Cita Sumerad Esa Cita.
  • Akad Se Tou Tumow Tou.
  • Pakamatuan Wo Pakalowiden.

Untuk Anda Saya Peduli

Butuh Bantuan Untuk Mengetahui Dan Belajar Tentang Kebudayaan Tompaso? Hubungi Saya dengan rincian tentang pertanyaan atau masukan untuk perkaya Kebudayaan Tumompaso.